I. PENDAHULUAN
Pada saat suatu logam yang dijadikan bahan untuk membuat suatu komponen, dipajan (di expose) ke lingkungannya maka akan terjadi interaksi diantara keduanya. Lazimnya, karakteristik interaksi sudah diperhitungkan pada saat komponen tersebut dirancang untuk rentang waktu tertentu yang lazim dikenal dengan istilah “umur perancangan’ (design life time). Namun dalam praktek, tidak jarang komponen tersebut mengalami kerusakan / kegagalan jauh sebelum waktunya. Dari tabel 1 dapat dilihat penyebab kegagalan pada 350 industri kimia, pertambangan dan manufaktur yang paling dominan adalah yang berkaitan dengan kekeliruan dalam pemilihan bahan.
Tabel 1 : Penyebab kegagalan pada berbagai industri
NO | PENYEBAB KEGAGALAN | % |
1 | Kekeliruan dalam pemilihan material | 40 |
2 | Cacat fabrikasi | 15 |
3 | Kesalahan pelakuan panas | 15 |
4 | Kekeliruan dalam perencanaan mekanik | 11 |
5 | Kondisi operasi yang tidak terduga | 8 |
6 | Pengontrolan lingkungan yang tidak cermat | 6 |
7 | Kontrol kualitas dan inspeksi yang kurang | 5 |
Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa mekanisme kegagalannya yang paling dominan adalah yang berkaitan dengan masalah korosi. Padahal masalah korosi adalah masalah yang berkaitan dengan interaksi antara logam dengan lingkungannya.
Dengan demikian jelaslah bahwa faktor pemilihan logam yang tepat dan upaya untuk melindungi (memproteksi) logam merupakan upaya yang sangat penting yang lazim dilakukan oleh para disainer (perancang) pada saat merancang suatu komponen.
Tabel 2 : Mekanisme kegagalan pada beberapa industri
NO | MEKANISME KEGAGALAN | % |
1 | Korosi | 29 |
2 | Fatique | 25 |
3 | Patah getas | 16 |
4 | Overload | 11 |
5 | Korosi temperature tinggi | 7 |
6 | Stress Corrosion Cracking | 6 |
7 | Creep (stress Rupture) | 3 |
8 | Aus (wear) | 3 |
Sumber : Rochim Suratman, ‘teknologi perlindungan logam’ , disampaikan pada seminar nasional oleh jurusan Teknik metalurgi UNJANI -bandung 2005.